Balada 10 Juta...!!
Usai Subuh di Ramadhan kemarin. Mesin penggilingan daging Gerai BasoCip di Pasar Inpres Cipinang mulai berdesing. Melumatkan daging dan bumbu-bumbu bakal bakso. Hari Lebaran kian terasa. Orderan penggilingan daging makin meningkat. Itu berarti senyum Gimin, Giman, Yatno, Naryo dan kawan-kawan makin lebar.
Di bawah naungan usaha bersama itu, merekapun berinsiatif untuk menstok daging dan menjualnya, sehingga keuntungan lebih besar didapat. Senyum makin lebar saja. Haji Tholib, seorang juragan daging menyiapkan modal stok daging bernilai sebesar Rp 10 juta.
Hari ’eksekusi’ tiba. Tim menugasi Gimin untuk mengawal daging 10 juta dari rumah Haji Tholib. Giminpun menyewa sebuah bajaj. Bajai didapat, menderumlah mesin si roda tiga memecah kesunyian Jakarta. Tapi, tunggu sebentar....
Meski sudah ber-taon-taon ngubek Jakarta, Supir bajaj mengaku belum tahu jalan ke Pasar Inpres. Ia pun meminta Gimin yang bermodalkan motor mengawal dari belakang.
Sebuah persimpangan jalan membuat supir bajaj keder. Salah belok! Yang harusnya ke kanan, eh ia malah ke kiri. Mobil-mobil yang mulai banyak melenggang di jalanan, membuat Gimin terhalang pandangan. Ia juga tak mengingat nomor polisi si bajaj. Kepalanya berdenyar-denyar. “Rp 10 juta, Min!” teriaknya pada diri sendiri.
Wess! Ia tancap gas ke Gerai BasoCip. “Bajaj mana, bajaj?” tanya Gimin pada Yatno. Riuh kecil tak terelakkan. “Ingat kita puasa. Hati kudu tenang...,” salah seorang kawan menasehati.
“Tapi, ini tanggung jawab saya, Yat... 10 juta! Kalau nanti hilang, gimana....?” keluh Gimin. Kawan-kawan menenangkan. Pengurus Gerai itu lantas melakukan rapat kecil. Mengatasi kemungkinan buruk yang terjadi, jika memang bajaj dengan daging 10 juta itu kabur.
Di tengah-tengah rembugan, Giman berujar, “Kita semua yang harus nanggung, bukan hanya Gimin. Satu orang dua juta rupiah. Risiko ....” Jangan lupa tawakal, Giman mengingatkan.
Jarum jam terus berputar. Pelanggan daging ikut gelisah karena belum juga ada daging yang bisa dibawa.
Sepertinya, Gimin dan Yatno menyadari benar, ini akan menjadi dongeng pahit menjelang Lebaran. Kalau tidak balada jenaka, setidaknya jadi balado nan pedas. Agar tak terjadi, Gimin dan Yatno pun pergi ke tempat Haji.Tholib. Siapa tahu masih ada secercah harapan. Jelas Haji Tholib dibuat terheran-heran, begitu mereka temui. “Lho..bukannya tadi Mas Gimin yang pergi nganter daging pake bajaj?”
Antara harapan bagus dan pikiran pesimis terus mengecamuk, persis seribu lebah dari sarang berdengung dan mengerubuti seluruh tubuh. “Boro-boro untung buat lebaran....” Tapi, hati beningnya seketika berbisik, “Percayallah keadilan Gusti Allah.”
Dong dong dong dong.... si bajai datang!
Gimin nyaris tak percaya bajaj pembawa daging muncul di depan matanya. Matanya mengkabut. Haru berjalin dengan rasa bersyukur, karena bertemu seorang yang jujur. Ia memuji-muji abang supir bajaj, karena mau kembali ke tempat Haji Tholib, padahal bisa saja kalau dia mau, membawa kabur daging entah kemana.
“Alhamdulillah....Min, kalau masih rezeki kita, tak akan kemana,” bisik Yatno. Merekapun memberi ongkos lebih pada supir bajaj. Karena kejujurannya.
Bersama kawan seperjuangan di komunitas pedagang Cipinang itu, Gimin juga memetik buah kebersamaan. Kebersamaan menanggung risiko!
sumber: masyarakatmandiri.org
Join FriendFinder - Find Your Special Someone!



0 comments to "Balada 10 Juta...!!"
Posting Komentar