Depperin Rilis Batikmark Siapkan 21 SNI

INNChannels, Jakarta - Departemen Perindustrian (Depperin) meluncurkan ‘batikmark’ atau tanda batik dengan label Batik Indonesia untuk melindungi konsumen dan meningkatkan mutu batik nusantara. Depperin menyiapkan 21 Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk batik, yang proses ujinya dilakukan Balai Besar Batik di Yogyakarta.

"Bila Australia memiliki woolmark, India dan Cina punya silkmark, maka Indonesia memiliki batikmark dengan nama Batik Indonesia," kata Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Depperin Sakri Widhianto, di Jakarta, Rabu (19/9).

Tanda batik tersebut menjadi hak milik Depperin dan setiap produsen batik bisa menggunakan tanda "Batik Indonesia" dengan mendaftar ke Depperin.

Sakri mengatakan ada tiga jenis tanda untuk jenis batik berbeda yaitu batik tulis dengan guratan tinta emas, batik kombinasi cap dan tulis dengan guratan tinta perak, dan batik cap dengan guratan tinta putih.

Ia mengatakan penandaan tersebut sangat diperlukan untuk melindungi konsumen batik khususnya di dalam negeri agar mendapat batik sesuai dengan mutu dan harganya.

"Tidak semua konsumen paham perbedaan batik tulis, cap, dan kombinasi. Dengan penandaan itu, maka konsumen akan mendapatkan barang sesuai haknya," ujarnya.

Selain itu, ia berharap dengan penandaan itu produsen batik juga terpicu untuk meningkatkan kualitas, karena untuk mendapatkan tanda "Batik Indonesia" harus melewati beberapa uji, seperti uji kerut, tahan luntur, tahan gosok, dan lain-lain.

"Dengan demikian kami berharap konsumen terlindungi, dan merek Batik Indonesia diakui sebagai milik Indonesia. Produsen pun diharapkan termotivasi memperbaiki mutunya," ujar Sakri.

Diakuinya, penandaan "Batik Indonesia" tersebut masih bersifat sukarela, meskipun sudah keluar Peraturan Menperin Nomor 74/M-IND/PER/9/2007 Tentang Penggunaan Batikmark "batik Indonesia" pada Batik Buatan Indonesia tertanggal 18 September 2007.

"Saat ini sudah ada tiga produsen batik besar yang siap mendaftar tanda Batik Indonesia tersebut yaitu Iwan Tirta, Komar, dan Danar Hadi," katanya.

Diakui Sakri, produsen batik harus memiliki merek sendiri dulu sebelum mendapatkan sertifikasi penggunaan "Batik Indonesia" pada produknya. Setiap pendaftaran dan uji akan dikenakan biaya sekitar Rp750 ribu per jenis batik (tulis, cap, kombinasi). Selain itu, produsen pun harus membiayai sendiri biaya akomodasi dan transportasi petugas Balai Besar Batik yang datang mengambil contoh batik yang akan diuji. (antara/dindien)

info Depperin :

Direktori Bisnis